Enam wilayah Jakarta dalam level udara tak sehat Selasa Pagi
13 Agustus 2019 09:05 WIB
Foto Dok - Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Senin (29/7/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak enam wilayah pantauan di Jakarta tercatat mempunyai status udara tidak sehat berdasarkan laman pemantau kualitas udara internasional AirVisual pada Selasa pagi pukul 08.00 WIB.
Dari keenam wilayah itu, Pejaten Barat, Jakarta Selatan, menduduki peringkat pertama udara paling tidak sehat di Jakarta dengan nilai indeks kualitas udara atau air quality index (AQI) mencapai 189.
Kemudian di posisi kedua, yaitu wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan AQI 169. Sementara Rawamangun, Jakarta Timur, menempati posisi ketiga dengan AQI 160.
Wilayah yang menempati posisi empat sampai enam berturut-turut adalah Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat, dengan AQI 158, Pegadungan, Jakarta Barat, dengan AQI 154, dan Gambir, Jakarta Pusat, dengan AQI 151.
Sementara dua lokasi pantauan sisanya, yaitu kawasan Gelora Bung Karno dan Kemayoran yang masuk dalam wilayah Jakarta Pusat, tercatat mempunyai nilai AQI masing 141 dan 122. Itu berarti keduanya berada dalam status udara tidak sehat bagi kelompok rentan.
Sedangkan untuk rerata AQI wilayah Jakarta keseluruhan, nilainya mencapai 160. Konsentrasi partikel polutan terkecil berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer atau PM2.5 di udara mencapai 73,9 mikrogram per meter kubik.
Angka tersebut termasuk tinggi, karena menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka standarnya hanya 25 mikrogram per meter kubik dalam jangka waktu 24 jam.
Untuk diketahui, AirVisual menggunakan rentang angka AQI 0-500, di mana semakin tinggi AQI semakin tinggi pula tingkat polusi udaranya.
Terdapat enam kategori, masing-masing yaitu dengan AQI 0-50 baik, 51-100 sedang, 101-150 tidak sehat untuk kelompok rentan, 151-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, 301-500 berbahaya.
Indeks tersebut menggunakan indikator enam jenis polutan udara yaitu PM2.5, PM10, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan ozon tingkat dasar.
Dari keenam wilayah itu, Pejaten Barat, Jakarta Selatan, menduduki peringkat pertama udara paling tidak sehat di Jakarta dengan nilai indeks kualitas udara atau air quality index (AQI) mencapai 189.
Kemudian di posisi kedua, yaitu wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan AQI 169. Sementara Rawamangun, Jakarta Timur, menempati posisi ketiga dengan AQI 160.
Wilayah yang menempati posisi empat sampai enam berturut-turut adalah Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat, dengan AQI 158, Pegadungan, Jakarta Barat, dengan AQI 154, dan Gambir, Jakarta Pusat, dengan AQI 151.
Sementara dua lokasi pantauan sisanya, yaitu kawasan Gelora Bung Karno dan Kemayoran yang masuk dalam wilayah Jakarta Pusat, tercatat mempunyai nilai AQI masing 141 dan 122. Itu berarti keduanya berada dalam status udara tidak sehat bagi kelompok rentan.
Sedangkan untuk rerata AQI wilayah Jakarta keseluruhan, nilainya mencapai 160. Konsentrasi partikel polutan terkecil berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer atau PM2.5 di udara mencapai 73,9 mikrogram per meter kubik.
Angka tersebut termasuk tinggi, karena menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka standarnya hanya 25 mikrogram per meter kubik dalam jangka waktu 24 jam.
Untuk diketahui, AirVisual menggunakan rentang angka AQI 0-500, di mana semakin tinggi AQI semakin tinggi pula tingkat polusi udaranya.
Terdapat enam kategori, masing-masing yaitu dengan AQI 0-50 baik, 51-100 sedang, 101-150 tidak sehat untuk kelompok rentan, 151-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, 301-500 berbahaya.
Indeks tersebut menggunakan indikator enam jenis polutan udara yaitu PM2.5, PM10, karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida dan ozon tingkat dasar.
Pewarta: Suwanti
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019
Tags: