Gagal panen, petani Lebak rugi Rp10 juta/ha
12 Agustus 2019 20:25 WIB
"Kami diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp10 juta seluas satu hektare tanaman padi," kata Asnawi (50), seorang petani Desa Sukamanah Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak
Lebak (ANTARA) - Sejumlah petani Kabupaten Lebak, Banten mengalami kerugian akibat dampak kemarau panjang yang menyebabkan tanaman padi mati dan gagal panen.
"Kami diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp10 juta seluas satu hektare tanaman padi," kata Asnawi (50), seorang petani Desa Sukamanah Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Senin.
Kerugian tanaman padi itu tentu tidak diduga karena pada akhir Mei 2019 curah hujan tinggi, sehingga petani di wilayahnya melaksanakan gerakan percepatan tanam.
Diperkirakan petani di sini seluas 30 hektare dipastikan gagal panen karena debit sumber air permukaan kali Cidengdong menurun akibat kemarau itu.
"Kita tidak bisa melaksanakan sistem pompa air untuk menyedot air permukaan kali Cidengdong ke areal persawahan," ujarnya.
Menurut dia, diperkirakan petani mengalami kerugian hingga Rp300 juta dari lahan seluas 30 hektare dengan biaya produksi rata-rata Rp10 juta/hektare.
Kemarau panjang itu tentu berdampak terhadap pendapatan ekonomi petani, karena tanaman padi gagal panen juga tidak bisa melakukan budi daya tanaman sayuran.
"Kami sekarang pasrah setelah tanaman padi mati akibat kemarau itu," katanya.
Begitu juga Ujang, seorang petani Desa Wanasalam Kabupaten Lebak mengaku bahwa petani menghadapi kemarau dipastikan mengalami kerugian.
Saat ini, biaya produksi tanaman pangan rata-rata Rp10 juta/hektare mulai upah buruh kolektor, perawatan, pembelian benih unggul sampai pupuk.
"Kami dipastikan dua hektare tanaman padi gagal panen akibat kekeringan dan merugi Rp20 juta," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriarna mengatakan pemerintah daerah hingga kini belum melakukan penghitungan kerugian akibat dampak kekeringan yang menyebabkan tanaman padi mati.
Namun, pihaknya saat ini membuka Posko Mitigasi Kekeringan dengan melibatkan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun), TNI dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Berdasarkan data di Posko Mitigasi Kekeringan tercatat seluas 2.760 hektare kekeringan dan terdiri dari seluas 1.984 hektare kategori ringan, seluas 441 hektare sedang dan seluas 335 hektare berat.
Selain itu juga angka tanam hingga awal Agustus 2019 di 28 kecamatan mencapai 35.913 hektare, namun dilaporkan seluas 323 hektare di Kecamatan Wanasalam gagal panen.
"Kami akan menyalurkan bantuan benih jika gagal panen guna meringankan beban ekonomi petani," katanya.
Baca juga: Kekeringan akibatkan 5.666 hektare sawah di Indramayu gagal panen
Baca juga: 1.992 hektare lahan padi di Yogyakarta puso akibat kekeringan
Baca juga: Kementan siapkan bibit padi unggul hadapi kekeringan
"Kami diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp10 juta seluas satu hektare tanaman padi," kata Asnawi (50), seorang petani Desa Sukamanah Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Senin.
Kerugian tanaman padi itu tentu tidak diduga karena pada akhir Mei 2019 curah hujan tinggi, sehingga petani di wilayahnya melaksanakan gerakan percepatan tanam.
Diperkirakan petani di sini seluas 30 hektare dipastikan gagal panen karena debit sumber air permukaan kali Cidengdong menurun akibat kemarau itu.
"Kita tidak bisa melaksanakan sistem pompa air untuk menyedot air permukaan kali Cidengdong ke areal persawahan," ujarnya.
Menurut dia, diperkirakan petani mengalami kerugian hingga Rp300 juta dari lahan seluas 30 hektare dengan biaya produksi rata-rata Rp10 juta/hektare.
Kemarau panjang itu tentu berdampak terhadap pendapatan ekonomi petani, karena tanaman padi gagal panen juga tidak bisa melakukan budi daya tanaman sayuran.
"Kami sekarang pasrah setelah tanaman padi mati akibat kemarau itu," katanya.
Begitu juga Ujang, seorang petani Desa Wanasalam Kabupaten Lebak mengaku bahwa petani menghadapi kemarau dipastikan mengalami kerugian.
Saat ini, biaya produksi tanaman pangan rata-rata Rp10 juta/hektare mulai upah buruh kolektor, perawatan, pembelian benih unggul sampai pupuk.
"Kami dipastikan dua hektare tanaman padi gagal panen akibat kekeringan dan merugi Rp20 juta," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriarna mengatakan pemerintah daerah hingga kini belum melakukan penghitungan kerugian akibat dampak kekeringan yang menyebabkan tanaman padi mati.
Namun, pihaknya saat ini membuka Posko Mitigasi Kekeringan dengan melibatkan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun), TNI dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Berdasarkan data di Posko Mitigasi Kekeringan tercatat seluas 2.760 hektare kekeringan dan terdiri dari seluas 1.984 hektare kategori ringan, seluas 441 hektare sedang dan seluas 335 hektare berat.
Selain itu juga angka tanam hingga awal Agustus 2019 di 28 kecamatan mencapai 35.913 hektare, namun dilaporkan seluas 323 hektare di Kecamatan Wanasalam gagal panen.
"Kami akan menyalurkan bantuan benih jika gagal panen guna meringankan beban ekonomi petani," katanya.
Baca juga: Kekeringan akibatkan 5.666 hektare sawah di Indramayu gagal panen
Baca juga: 1.992 hektare lahan padi di Yogyakarta puso akibat kekeringan
Baca juga: Kementan siapkan bibit padi unggul hadapi kekeringan
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: