Serang, (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari tidak ingin memusuhi negara atau badan dunia manapun termasuk Amerika Serikat, Israel dan WHO, tetapi justru menuntut kesetaraan hubungan antara bangsa. Semangat Menkes itu tertuang dalam buku karangannya yang berjudul "Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan Di Balik Virus Flu Burung". "Tidak ada lagi eksploitasi dari bangsa kuat ke bangsa yang lemah," kata Menkes saat menjadi pembicara pada bedah buku yang dikarangnya tersebut, di Serang, Rabu. Sebagai Menteri, akademisi, peneliti dan insan yang mencintai bangsa Indonesia, dirinya merasakan dan mengalami langsung begitu pentingnya arti keadilan, kesetaraan antar bangsa. Ia hanya meminta WHO agar adil dan transparan dalam mekanisme virus sharing, jika nota kesepahaman atau MoU akan disepakati. Menurut dia, sampai sekarang Mou tersebut masih dalam proses. "Saya merasakan betapa pentingnya keadilan dan keterbukaan itu," tambahnya. Dirinya menyesalkan sikap WHO yang tidak terbuka soal virus yang telah dikirimkan dari negara negara yang terjangkit virus flu burung dengan sukarela. "Ujung-ujungnya setelah menjadi vaksin dipatenkan oleh perusahaan-perusahaan farmasi besar di Amerika," katanya. Ratusan juta vaksin itu, ditawar-tawarkan dengan harga sangat mahal ke negara yang sedang dilanda virus flu burung yang secara umum merupakan negara miskin. Menkes juga membantah tuduhan WHO, bahwa virus flu burung di Tanah Karo Sumatera Utara telah menular dari manusia ke manusia (human to human transmission). Padahal menurut pemeriksaan squenching DNA, pihaknya menemukan virus tersebut masih dalam bentuk yang sama, yaitu menular dari hewan ke manusia. Bedah buku "Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan Dibalik Virus Flu Burung" digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD I Banten menghadirkan pembicara lainnya, yakni dr Joserizal Jurnalis Ketua Presidium MER-C (Medical Emergency Recue Committe) serta Ust Farid Wadji dari DPP HTI. (*)