Jakarta (ANTARA) - Kesigapan dan kesungguhan PT Pertamina (persero) mengatasi tumpahan minyak dari sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi di Blok Offshore North West Java (PHE ONWJ) mendapat apresiasi sejumlah kalangan.

Pengamat energi dari Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean mengatakan, sejak peristiwa terjadi pada 12 Juli 2019 lalu, Pertamina telah melakukan tindakan cepat dengan mengirimkan kapal dan oil boom untuk menangani tumpahan minyak.

"Sepanjang yang kami ikuti perkembangan penanganan tumpahan minyak oleh Pertamina, kami harus acungi jempol terhadap kecepatan dan kesigapan Pertamina termasuk memberikan ganti rugi sosial terhadap masyarakat terdampak terutama nelayan," kata Ferdinand melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Dia berharap penutupan sumur bisa segera dilakukan paling lama dua bulan ke depan.

Ferdinan menyatakan, Kementerian LHK, seharusnya tidak mengedepankan kekuasaan untuk kemudian menambah beban Pertamina dengan tuntutan ganti rugi segala macam.

Sebaliknya, tambahnya, seharusnya KLHK mensupervisi Pertamina untuk menyelamatkan lingkungan.

Baca juga: Pertamina: Warga ikut bersihkan limbah minyak atas keinginan sendiri

Sementara itu Direktur Eksekutif Indonesian Club, Gigih Guntoro mengemukakan, peristiwa tumpahan blok ONWJ merupakan kejadian teknis di kilang offshore yang direspons cepat oleh Pertamina.

Menurutnya, Pertamina mampu mengkonsolidasi tim internal dan melibatkan nelayan untuk bergerak cepat bahu membahu mengevakuasi minyak tersebut.

“Pertamina juga memberikan kompensasi terhadap masyarakat terdampak dengan cepat. Di samping itu juga Pertamina melakukan recovery titik kebocoran. Langkah-langkah ini merupakan satu bentuk tanggungjawab corporate secara umum,” kata Gigih.

Menurut dia, Pertamina memiliki upaya untuk mengatasi dan mencari jalan keluar agar kebocoran dan dampak meluasnya tumpahan minyak tersebut tidak menyebar ke wilayah lain.

“Kita layak mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Pertamina,” ujar Gigih.

Kesigapan Pertamina dalam mengatasi oil spill di Karawang juga mendapat apresiasi Rukun Nelayan (RN) dari Desa Sedari Kecamatan Cibuaya dan RN Desa Pusakajaya Utara Kecamatan Cilebar, Karawang.

Ketua RN Desa Sedari, Emong Sunarya, misalnya, menilai positif kesigapan Pertamina dalam mengatasi limbah minyak. Sesaat setelah warga menginformasikan bahwa ceceran minyak sudah sampai ke pantai, tambahnya, Pertamina langsung memberdayakan warga nelayan untuk turut membantu mengambil oil spill dan memasukkan ke dalam karung.

Sebelumnya, Pertamina menggunakan 4.700 meter static oil boom untuk mengatasi tumpahan minyak dari sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi di Blok Offshore North West Java (PHE ONWJ).

"Sekarang terdapat 4.700 meter static oil boom untuk menghadang oil spill dari sumber utama," kata Incident Commander PHE ONWJ, Taufik Adityawarman di Jakarta, Kamis (8/8).

Baca juga: Pakar: Perlu peran aktif masyarakat dalam perlindungan lingkungan

Selain itu, katanya, masih terdapat 600 meter movable oil boom untuk mengadang tumpahan minyak yang lepas dari sumber utama.

Pihaknya juga menggunakan empat oil skimmer untuk mengangkat dan menyedot tumpahan minyak.

Untuk mendukung kerja pembersihan minyak di laut, Pertamina menggunakan 44 kapal untuk combat oil spill, penampungan sementara minyak, serta pemadam kebakaran yang siap siaga.

Di garis pantai, Pertamina memasang 2.520 meter jaring untuk menyaring minyak serta 3.000 meter oil boom yang diletakkan di muara sungai. Pembersihan pesisir pantai dilakukan oleh tim penanganan bersama dengan masyarakat daerah yang terdampak.

Sampai 7 Agustus pukul 18.00 WIB, tercatat sebanyak 3.965,71 barel telah diangkat dari lepas pantai. Sedangkan dari pantai sebanyak 1.047.386 karung telah diangkat, rata-rata berat per karung adalah 4,6 kilogram. Total tonase yang telah diangkat dari darat adalah lima ton. Sedangkan estimasi tumpahan minyak per karung maksimal sepuluh persen.