Kupang (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona menilai, Partai Gerindra yang paling siap mengajukan calon presiden (capres) pada 2024 mendatang.

"Bahwa politik itu sangat dinamis itu ya, tetapi sebagai kekuatan oposisi terbesar saat lima tahun lalu, dan lima tahun ke depan, Gerindra adalah partai yang paling siap untuk mengajukan calon presidennya di 2024," kata Mikhael Bataona, di Kupang, Jumat.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan hubungan Megawati-Prabowo dan peluang koalisi di 2024 serta kesiapan Partai Gerindra.

Menurut dia, kehadiran Prabowo di Kongres V PDIP di Bali adalah tanda yang kelihatan dari rencana politik yang tidak kelihatan untuk Pilpres 2024.

"Bahwa mereka akan selalu bersatu, dan akan bertarung bersama di pilpres tersebut karena Prabowo dinilai punya peluang menang paling besar di tengah tokoh-tokoh muda yang akan maju kelak," katanya lagi.
Baca juga: Keakraban Megawati-Prabowo dinilai bukan tiba-tiba
Dia menambahkan, dalam politik praktis itu tentang kompromi dan pragmatisme juga tentang hitungan soal persepsi publik, sehingga PDI Perjuangan sebagai partai besar dengan kajian-kajian yang sudah dibuat secara terencana, telah mementahkan dan membaca bahwa calon potensial ke depan dari generasi senior adalah Prabowo.

Dengan berkali-kali kalah, Prabowo sudah menginvestasikan nama yang sangat dalam di benak pemilih. "Itulah modal yang sangat kuat," katanya lagi.

Jika itu ditambah dengan kekuatan PDIP sebagai partai ideologis yang terinstitusionalisasi secara sangat baik hingga desa dan kampung, maka tidak menutup kemungkinan Prabowo bisa dimenangkan dalam Pilpres 2024.
Baca juga: Di hadapan Prabowo, Mega kuak strateginya unggul di "kandang banteng"
Apalagi, kata pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Polirik Unwira itu, aturan presidential threshold akan dihapus atau dikurangi.

Ini memberi peluang yang sangat besar bagi PDIP dan Gerindra plus koalisi yang terbangun nanti untuk Pilpres 2024, kata Bataona yang juga pengajar investigative news dan jurnalisme konflik.