"Saya kira, keakraban Prabowo dan Megawati harus dibaca sebagai sesuatu yang bukan tiba-tiba saja, karena sebelum Pilpres Megawati sudah mengutus Puan Maharani untuk bertemu Prabowo empat mata," kata Bataona, di Kupang, Jumat.
Pada 2009, Megawati-Prabowo bergandengan tangan dalam pertarungan Pemilu 2009. Saat itu mereka --sebagaimana pasangan lain-- kalah dari Susilo Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Juga baca: Mega imbau Prabowo dekati dirinya agar sukses dalam politik ke depan
Juga baca: Soal Partai Gerindra, Jokowi akan bicarakan dengan koalisi
Juga baca: Pengamat: Kehadiran Prabowo di Kongres PDIP bisa jadi "sinyal" 2024
Menurut Bataona, kehadiran Prabowo di Kongres PDI Perjuangan di Sanur, Bali, jelas memberi pesan politik sangat eksplisit dan tegas, bahwa Prabowo merasa nyaman jika di 2024 bertarung dalam satu koalisi.
Ia mengatakan, sebelum Pemilu 2019 berlangsung, Megawati sudah mengutus Puan Maharani untuk bertemu Prabowo empat mata.
Dan saat itu kata dia, pasti sudah terjalin komitmen bahwa Prabowo jika kalah, maka harus siap untuk rekonsiliasi dan membangun kerja sama dengan PDI Perjuangan untuk menghadapi Pemilu 2024.
"Jadi apa yang terjadi pascapilpres hingga munculnya Budi Gunawan sebagai mediator pertemuan Jokowi dan Prabowo hingga Megawati dan Prabowo, adalah simbolisme politik yang sangat kuat menjelaskan tentang apa yang akan terjadi di 2024," katanya.
Artinya kehadiran Prabowo di Kongres PDIP ini adalah tanda yang kelihatan dari rencana politik yang tidak kelihatan, untuk Pilpres 2024," kata Bataona.