Jakarta (ANTARA News) - Beragam cara unik untuk menumbuhkan minat baca anak-anak dilakukan Forum Indonesia Membaca (FIM) dengan mengajak anak-anak membuat layang-layang, bermain yoyo, memutar film pendidikan, dan menggelar operet tentang pentingnya membaca untuk kehidupan. Ketua FIM, Dessy Sekar Astina di Jakarta, Kamis, berpendapat bahwa belajar bukan hanya didapatkan dari membaca dan menulis, melainkan dengan bermain, seseorang dapat termotivasi untuk mencari informasi melalui buku. "Misalnya pada saat mereka diajarkan membuat layang-layang dan menerbangkannya, kita sampaikan bahwa layang-layang tidak dapat diterbangkan pada jam delapan pagi," ujar Dessy disela-sela Festival Membaca bertajuk "Literasi Mengubah Kehidupan" di Museum Bank Mandiri (23-27 April). Mengapa demikian? Alasannya bisa mereka temukan lewat buku yang sudah disediakan. Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia (23 April) ini berlangsung pukul 10.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Selain memamerkan buku, festival juga dimeriahkan dengan berbagai jenis acara, seperti pemutaran film, "talk show", bedah buku, diskusi, operet, workshop, berkeliling museum, lomba untuk anak-anak seperti menggambar dan tebak buku. "Ibaratnya permainan yang kita demonstrasikan hanya sebagai simulasi, merangsang anak-anak untuk membaca buku, mencari tahu apa yang mereka belum pahami. Membaca juga dapat mengubah kehidupan kita," katanya. Festival diikuti oleh 60 komunitas lokal, 13 penerbit, dan didukung oleh Depdiknas. Komunitas lokal yang terlibat, di antaranya komunitas layang-layang, komunitas Badui, komunitas Historia Indonesia, dan Komunitas Jelajah Budaya. Dessy mengatakan komunitas tersebut dilibatkan sebagai penguatan bagi komunitas-komunitas lokal yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Komunitas yang ikut serta dalam festival ini berasal dari berbagai kota, seperti dari Bandung, Parung, Bogor, dan sebagainya. "Banyak dari komunitas lokal ini yang ikut memperhatikan kondisi masyarakat dalam hal membaca, antara lain komunitas komik yang menamakan diri Masyarakat Komik Indonesia, Mata Pena, Perahu Baca. Bahkan ada beberapa perpustakaan khusus yang ikut dalam festival ini, seperti Teras Book Club SMP Lab School, Tarumanegara Knowledge Centre (Perpustakaan Umum Tarumanegara), dan lainnya," ujarnya. Seorang pengelola Perpustakaan Umum Tarumanegara, Nani mengatakan tanggapan masyarakat cukup baik terhadap acara tersebut. "Buktinya, pada hari pertama, banyak pengunjung yang antusias mencari buku-buku di gerai kami," katanya. Seorang pengunjung, Chandra mengaku senang datang ke festival itu. Pelajar SMP itu merasa senang karena bisa membaca berbagai jenis buku, bermain, dan menonton film.(*)