Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang MSi menilai, Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan mampu melunakkan gerbong oposisi yang selama ini selalu berseberangan secara politik.

"Posisi Prabowo di Kongres PDI Perjuangan di Bali menjadi sangat diistimewakan oleh PDIP dan Megawati, karena kehadiran Prabowo akan memberikan makna bahwa Megawati dan PDI Perjuangan mampu melunakkan gerbong oposisi yang selama ini selalu berseberangan secara politik," kata dia kepada ANTARA di Kupang, Kamis.

Atang mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan makna di balik kehadiran Prabowo Subianto pada Kongres PDI Perjuangan di Bali.

Menurut dia, kesediaan Probowo untuk memenuhi undangan dalam rangka menghadiri kongres PDIP di Denpasar, Bali, merupakan langkah yang perlu diapresiasi.

"Jika dilihat dari sudut kelembagaan, sebagai ketua partai maka kehadiran Prabowo bukan hal yang istimewa karena semua ketua partai tentu akan diundang dalam kongres tersebut," katanya.

Juga baca: Prabowo Subianto hadiri Kongres V PDI Perjuangan

Juga baca: Megawati minta seluruh kader PDI Perjuangan hormati kedatangan Prabowo

Juga baca: Hasto : Presiden Jokowi akan hadiri Kongres V PDI Perjuangan
Di sini posisi Prabowo Subianto sama derajat dengan pimpinan parpol yang lain, yang memenuhi undangan PDI Perjuangan untuk menghadiri kongres di Bali.

Namun menurut dia, posisi Prabowo menjadi sangat diistimewakan oleh PDI Perjuangan dan Megawati, karena kehadiran Prabowo akan memberikan makna ganda.

Makna pertama adalah Megawati dan PDIP mampu melunakan gerbong oposisi yang selama ini selalu berseberangan secara politik.
Kedua, momentum ini memberi isyarat Megawati dan PDI Perjuangan masih cukup kuat di mata koalisi dalam menentukan agenda politik kekuasaan ke depan.

Ketiga, PDI Perjuangan dan Megawati mampu membatasi dominasi kekuatan politik identitas atas diri Prabowo sebagai simbol politik.

Keempat, relasi politik antara Megawati dan Prabowo tidak hanya berhenti pada tataran politik seremoni, namun akan berlanjut pada politik substantif, yakni power shering.
Prabowo, menurut Atang, sadar betul bahwa, Gerindra menjadi besar bukan semata-mata karena figur Prabowo, namun harus ditopang oleh modal yang lain, yakni kekuasaan.

"Maka inilah saatnya bagi Prabowo untuk lebih merekatkan relasi politik dengan PDI Perjuangan dan kekuatan politik lainnya," kata dia.