BPPT: Potensi pasar implan mata Rp3,1 triliun per tahun
8 Agustus 2019 12:46 WIB
Ilustrasi - Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eniya Listiani Dewi berbicara dalam kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Tidar Magelang. (ANTARA/Heru Suyitno)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan potensi pasar domestik untuk implan mata Rp3,1 triliun per tahun yang harus diisi dengan produk lokal karena selama ini dipenuhi produk impor.
"Potensi kita dalam satu tahun itu pengembangan implan matanya bisa mencapai pasar Rp3,1 triliun per tahun," kata Deputi Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) BPPT Eniya Listiani Dewi kepada wartawan di sela-sela Focus Group Discussion Pengembangan Riset dan Inovasi Implan Mata Nasional di Gedung BPPT Jakarta, Kamis.
Untuk itu, ia mengatakan perlunya segera ada pengembangan produk implan mata lokal sehingga dapat menggantikan produk impor.
Dia mendapatkan informasi dari satu dokter mata yang melakukan puluhan operasi katarak dalam sehari, bisa ratusan dalam sebulan, belum lagi operasi katarak yang menjadi program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan.
Hal itu, kata dia, menunjukkan bahwa potensi pasar implan sebagai menjanjikan. Apalagi implan mata juga untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.
Dia berharap, melalui diskusi terfokus itu, akan ada percepatan pengembangan implan mata secara nasional sehingga dapat menjadi solusi untuk menghentikan ketergantungan terhadap impor.
"Target kita menyetop impor dan membantu biaya untuk BPJS agar tagihannya lebih rendah lagi," tutur dia.
Contohnya, kata dia, impan tulang BPPT di daftar e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bisa lebih murah 70 persen daripada impor.
Eniya juga menyusun rencana agar implan mata juga dapat dinikmati dengan harga terjangkau dan dipenuhi melalui produk lokal.
Dia mengatakan industri ke depan harus digandeng untuk mempercepat pengembangan, hilirisasi, dan komersialisasi implan mata.
"Karena begitu industri ok, 'line production' dibuat tiga tahun bisa nongol di e-Katalog," tutur dia.
Baca juga: Pengembang "fuel cell" dianugrahi BJ Habibie Award
Baca juga: BPPT dorong penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik
Baca juga: BPPT upayakan pengembangan PLTSA ramah lingkungan
"Potensi kita dalam satu tahun itu pengembangan implan matanya bisa mencapai pasar Rp3,1 triliun per tahun," kata Deputi Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) BPPT Eniya Listiani Dewi kepada wartawan di sela-sela Focus Group Discussion Pengembangan Riset dan Inovasi Implan Mata Nasional di Gedung BPPT Jakarta, Kamis.
Untuk itu, ia mengatakan perlunya segera ada pengembangan produk implan mata lokal sehingga dapat menggantikan produk impor.
Dia mendapatkan informasi dari satu dokter mata yang melakukan puluhan operasi katarak dalam sehari, bisa ratusan dalam sebulan, belum lagi operasi katarak yang menjadi program tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan.
Hal itu, kata dia, menunjukkan bahwa potensi pasar implan sebagai menjanjikan. Apalagi implan mata juga untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.
Dia berharap, melalui diskusi terfokus itu, akan ada percepatan pengembangan implan mata secara nasional sehingga dapat menjadi solusi untuk menghentikan ketergantungan terhadap impor.
"Target kita menyetop impor dan membantu biaya untuk BPJS agar tagihannya lebih rendah lagi," tutur dia.
Contohnya, kata dia, impan tulang BPPT di daftar e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bisa lebih murah 70 persen daripada impor.
Eniya juga menyusun rencana agar implan mata juga dapat dinikmati dengan harga terjangkau dan dipenuhi melalui produk lokal.
Dia mengatakan industri ke depan harus digandeng untuk mempercepat pengembangan, hilirisasi, dan komersialisasi implan mata.
"Karena begitu industri ok, 'line production' dibuat tiga tahun bisa nongol di e-Katalog," tutur dia.
Baca juga: Pengembang "fuel cell" dianugrahi BJ Habibie Award
Baca juga: BPPT dorong penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik
Baca juga: BPPT upayakan pengembangan PLTSA ramah lingkungan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: