BPPT dorong kemandirian produk implan mata lokal
8 Agustus 2019 12:46 WIB
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eniya Listiani Dewi berbicara dalam kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Tidar Magelang. (Heru Suyitno)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendorong kemandirian untuk menghasilkan produk implan mata lokal sehingga dapat mengganti pemenuhan kebutuhan implan mata yang selama ini diimpor dari luar negeri.
"Selama ini barang (implan mata) yang digunakan oleh BPJS, oleh semua dokter itu juga dari impor, kebanyakan dari India dan China," kata Deputi Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) BPPT Eniya Listiani Dewi kepada wartawan di sela-sela Focus Group Discussion Pengembangan Riset dan Inovasi Implan Mata Nasional di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis.
BPPT mengadakan diskusi terfokus yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong terwujudknya implan mata buatan dalam negeri, di antaranya peneliti, perekayasa, industri, kedokteran, rumah sakit dan Kementerian Kesehatan.
Eniya menuturkan ke depan akan dikembangkan lensa intraokular untuk implan mata (intraocular lens/ IOL) yang lebih fleksibel dan harga terjangkau sehingga dapat masuk ke dalam daftar e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
BPPT sudah dapat membuat Polimetil Metakrilat (PMMA) yang dapat menjadi bahan material implan mata, namun ke depan perlu pengembangan untuk menciptakan bahan baku polimer yang lebih fleksibel khusus untuk implan mata.
"Alatnya sudah bisa bikin, materialnya sudah bisa bikin, nah kita menggandeng kedokteran ini, menggandeng para dokter dari awal dan Kementerian Kesehatan juga dari awal dan industri yang tertarik dari awal sehingga bisa bersama-sama membuat satu produk dan nanti pemakainya sudah ada," ujarnya.
Eniya mengatakan bahan baku dasar untuk pembuatan implan mata sudah ada yakni industri polimer di Cilegon sehingga dapat menjadi bagian dari sumber daya untuk dapat segera mengembangkan implan mata. Selain itu, dukungan anggaran untuk penelitian ini juga perlu diberikan untuk percepatan pengembangan implan mata.
Baca juga: BPPT dorong peningkatan daya saing inovasi Indonesia
Baca juga: BPPT dorong komersialiasi KIT Diagnostik demam berdarah dengue
Baca juga: BPPT dorong penguatan robotika hadapi revolusi industri 4.0
"Selama ini barang (implan mata) yang digunakan oleh BPJS, oleh semua dokter itu juga dari impor, kebanyakan dari India dan China," kata Deputi Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) BPPT Eniya Listiani Dewi kepada wartawan di sela-sela Focus Group Discussion Pengembangan Riset dan Inovasi Implan Mata Nasional di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis.
BPPT mengadakan diskusi terfokus yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong terwujudknya implan mata buatan dalam negeri, di antaranya peneliti, perekayasa, industri, kedokteran, rumah sakit dan Kementerian Kesehatan.
Eniya menuturkan ke depan akan dikembangkan lensa intraokular untuk implan mata (intraocular lens/ IOL) yang lebih fleksibel dan harga terjangkau sehingga dapat masuk ke dalam daftar e-Katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
BPPT sudah dapat membuat Polimetil Metakrilat (PMMA) yang dapat menjadi bahan material implan mata, namun ke depan perlu pengembangan untuk menciptakan bahan baku polimer yang lebih fleksibel khusus untuk implan mata.
"Alatnya sudah bisa bikin, materialnya sudah bisa bikin, nah kita menggandeng kedokteran ini, menggandeng para dokter dari awal dan Kementerian Kesehatan juga dari awal dan industri yang tertarik dari awal sehingga bisa bersama-sama membuat satu produk dan nanti pemakainya sudah ada," ujarnya.
Eniya mengatakan bahan baku dasar untuk pembuatan implan mata sudah ada yakni industri polimer di Cilegon sehingga dapat menjadi bagian dari sumber daya untuk dapat segera mengembangkan implan mata. Selain itu, dukungan anggaran untuk penelitian ini juga perlu diberikan untuk percepatan pengembangan implan mata.
Baca juga: BPPT dorong peningkatan daya saing inovasi Indonesia
Baca juga: BPPT dorong komersialiasi KIT Diagnostik demam berdarah dengue
Baca juga: BPPT dorong penguatan robotika hadapi revolusi industri 4.0
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: