Itu PR agar orang tidak mudah berguru kepada gadget yang tidak jelas sanad atau perawi. Karena kalau soal agama bisa berbahaya
Surabaya (ANTARA News) - Ketua Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah Surabaya Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan saat ini 9 persen pelajar Indonesia sudah anti-Pancasila.

"Tantangan saat ini tidak tambah ringan. Saat mengunjungi polisi yang salat isya di Masjid Falatehan, saya ketemu dua polisi yang jadi korban, 'kamu toghut kok salat di masjid, saya antipancasila tapi kamu toghut', perspektif keumatan yang harus diluruskan karena salat kok dikafirkan," kata Menteri Sosial dalam silaturahim dan halalbihalal Yayasan Khadijah di Surabaya, Sabtu.

Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu mengatakan, Khadijah adalah sekolah yang dicita-citakan menjadi pesantren kota untuk proses "tafaqquh fid din" (penegakan agama).

"Sembilan persen pelajar sudah antipancasila. Ini PR kita. Saya ketemu yang dideportasi dari Turki, yang anak-anak dan ibu-ibu dikirim Densus ke Kemensos. PR kita adalah tidak mudah kafirkan. Kita bersyukur ada NU yang ajarkan tawassuth, tawazun, iktidal, dan mabadi khoiro ummah. Itu PR agar orang tidak mudah berguru kepada gadget yang tidak jelas sanad atau perawi. Karena kalau soal agama bisa berbahaya," tutur dia.

Sebagai ketua Yayasan, Khofifah menguatkan para guru, memastikan para guru, untuk membangun sinergi antara program-program yang mempunyai penguatan keagamaan dengan program yang terkait dengan bidang studi.

"Untuk itu, guru yang mengajar gravitasi, juga mengajarkan proses gravitasi itu dari Tuhan," katanya.

Dia menegaskan, saat ini penguatan agama di Khadijah sudah berjalan sehingga tidak perlu lagi mendiskusikan "Full Day School".

Habib Abdurrahman Al-Attas dalam ceramah halalbihalal menyampaikan, nabi sudah menggambarkan orang yang tahu agama tetapi mudah mengkafirkan orang lain sebagai orang yang belajar agama tanpa guru.

"Nabi Muhammad yang dibangun yang pertama adalah masjid, bukan rumah. Artinya, ilmu agama itu penting," kata dia.

Dia mewantiwanti untuk waspada terhadap ilmu agama yang berasal dari gadget karena rujukan ilmiahnya tidak jelas. Oleh karena itu pendidikan agama adalah penting.

"Yang juga penting doakan umat untuk kawal akhlak umat agar mereka belajar Alquran tapi isi Alquran bisa masuk ke hatinya sehingga tidak hanya paham alquran tapi tetap mudah mengkafirkan," ujar Habib Abdurrahman.



Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017