Kampar, Riau (ANTARA News) - Sejak 1997, kebakaran hutan dan lahan menggelayuti udara Indonesia. Mengatasi itu, pemerintah berencana membeli pesawat terbang amfibi pemadam kebakaran dengan kapasitas besar. 




"Minimal tiga pesawat yang memiliki kapasitas besar, minimal dapat menjatuhkan air minimal 12 ton," kata Presiden Joko Widodo saat meninjau lokasi bekas kebakaran lahan, di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Jumat.




Anggaran membeli pesawat terbang khusus yang bisa difungsikan untuk keperluan lain-lain itu akan dibahas bersama DPR. 




Sebetulnya, jajaran produk pesawat terbang amfibi ataupun konvensional untuk memadamkan kebakaran ini cukup banyak, di antaranya Canadair CL-215 (kapasitas 4.900 liter/amfibi) dan Bombardier CL-415 (6.410 liter/amfibi) buatan Kanada, dan Beriev Be-200 (12.010 liter/amfibi) buatan Beriev, Rusia, BAe 146 (11.000 liter) dari British Aerospace, Inggris. 




Juga C-130 Hercules (11.000 liter) atau L-188 Electra (11.000 liter) dari Lockheed, Amerika Serikat, atau terbesar Evergreen 747 Supertanker (78.000 liter) dari Evergreen, Amerika Serikat. 




Untuk pesawat terbang amfibi, dia bisa difungsikan juga sebagai pesawat transport, intai, dan sebagainya, selain memadamkan api. Dia bisa dikaryakan di darat, pesisir dan danau, hingga sungai-sungai besar. 




Pada 2013, Indonesia pernah menyewa dua unit Be-200 senilai 5,4 juta dolar Amerika Serikat untuk memadamkan asap di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Walau selintas mahal, namun mereka sangat efektif dan menghemat banyak waktu dalam operasi pemadaman api. 




Sementara ini, pesawat terbang dari negara sahabat yang membantu memadamkan api telah tiba, di antaranya helikopter berat CH-47 Chinook dari Singapura. Dengan bantuan internasional itu, pemerintah menargetkan dua pekan ke depan api sudah padam. 




Sudah ada beberapa negara sanggup memberi bantuan, yakni Singapura, Malaysia, Korea, Rusia, Australia, dan China.





Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015