Meulaboh, Aceh (ANTARA News) - Kabupaten Aceh Singkil berhasil meraih juara II tingkat dunia dalam penilaian Pelayanan Publik Award 2015 yang diselengarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan program inovasi kemitraan bidan dan dukun beranak.

"Ya, kita mendapatkan juara II pada program inovasi kemitraan bidan dan dukun. Jadi, saya bersama bapak bupati diundang PBB untuk menghadiri acara puncak di Medellin, Colombo, pada 23 sampai 26 Juni 2015," kata Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil Edy Widodo saat dihubungi dari Meulaboh, Selasa

Edy menambahkan, kemenangan Aceh Singkil dalam ajang pelayanan publik, diketahui pada 6 Mei 2015, setelah diumumkan oleh United Nations Publik Service Award (UNSPA) dan pada 13 Mei 2015. Menteri Pemberdayan Aparatur Negara (Menpan) memberikan penghargaan terkait kemenangan tersebut.

"Alhamdulillah, akhirnya kita mendapat juara II dalam inovasi pelayan publik tentang kemitraan bidan dan dukun. Kemenangan ini juga kemenangan bagi Indonesia," katanya.

Ia menyatakan, program pelayanan publik dengan inovasi kemitraan bidan dukun dimulai sejak tahun 2012 dengan niat untuk memperbaiki pelayanan kesehatan terutama dalam mengurangi angka kematian anak dan ibu melahirkan.

Kemudian, program kemitraan bidan dukun dilakukan oleh Pemkab Aceh Singkil, karena permasalahan proses persalinan yang ditangani bidan dukun di desa-desa dalam Kabupaten Aceh Singkil masih sangat tinggi.

Kepercayaan masyarakat Aceh Singkil terhadap bidan desa yang ditugaskan oleh dinkes di dsa-desa kurang difungsikan oleh masyarakat, karena masyarakat lebih memilih bersalin pada bidan dukun dari pada bersalin dengan petugas kesehatan.

Bidan desa (petugas kesehatan) yang ditempatkan di desa-desa oleh Dinas Kesehatan Aceh Singkil kurang difungsikan, karena dianggap petugas kesehatan masih muda-muda sehinga kurang mendapatkan kepercayaan pada masyarakat.

Kemudian, selain masih muda, petugas kesehatan yang ditempatkan dinkes di desa-desa juga memiliki banyak kelemahan, seperti tidak bisa menguasai bahasa lokal Aceh Singkil sehingga para ibu-ibu rumah tangga lebih memilih bidan tradisional (bidan dukun) untuk proses melahirkan, tuturnya.

"Bidan desa yang kita tempatkan di desa banyak keterbatasan, mereka tidak bisa berbahasa lokal, sehingga warga lebih memilih dukun wanita untuk proses bersalin. Makanya pada tahun 2012 dulu kita lakukan kerjasama dengan bidan dukun di desa-desa," katanya.

Ia menjelaskan, untuk saat ini jumlah bidan dukun di Kabupaten Aceh Singkil berjumlah 122 orang yang tersebar di desa-desa. Mereka hingga sekarang masih aktif untuk memberikan pertolongan terutama pada ibu-ibu yang melahirkan.

"Kita lakukan kemitraan dengan bidan dukun ada payung hukumnya, kita punya peraturan bupati. Alhamdulillah, dengan tidak di sangka-sangka program ini bisa membawa Aceh Singkil keajang luar negeri dan mendapat juara II tingkat internasional. Ini merupakan sebuah kebanggaan masyarakat Aceh Indonesia," katanya.

Prestasi yang diraih di tingkat internasional merupakan hasil dukungan masyarakat Aceh Singkil, masyarakat Aceh dan masyarakat Indonesia di nusantara ini dalam mendukung program kemitraan bidan dukun yang telah lama diterapkan di Aceh Singkil, kata Edy Widodo.

Pewarta: Anwar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015