... energi baru dan terbarukan merupakan prioritas utama, BBM untuk listrik makin langka dan mahal... "
Bandung (ANTARA News) - Peresmian Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit V Kamojang dengan kapasitas 30 MegaWatt yang dibangun Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan bentuk optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan.

"Proyek dari Pertamina Geothermal Energy ini bagian dari tekad Pertamina mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, terutama panas bumi," kata Direktur Hulu Pertamina, Muhammad Husen, di PGE Area Kamojang, Kabupaten Bandung, Sabtu.

Husen mengatakan, Pertamina menyambut baik penugasan dari pemerintah untuk segera memanfaatkan energi panas bumi yang sangat besar potensinya di Indonesia.

Selain peresmian pembangunan PLTP Kamojang Unit V, juga dilakukan peresmian pengembangan lapangan panas bumi Lahendong untuk suplai uap ke PLTP Unit 4 Lahendong oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik.

PLTP Unit V Kamojang yang dikelola PGE merupakan pengembangan dari empat unit PLTP yang sudah ada dengan kapasitas terpasang saat ini 200 MW. Diharapkan Unit V dapat mulai beroperasi pada akhir 2014 dan menambah kapasitas terpasang sebesar 30 MW.

Lokasi PLTP Unit V Kamojang berdampingan dengan lokasi PLTP Unit IV Kamojang pada lahan seluas 3,85 hektar, yang terletak 42 km sebelah tenggara Kota Bandung atau 23 sebelah Barat Laut kota Garut.

Pembangkit pertama di Kamojang mulai beroperasi pada 1982 dengan kapasitas sebesar 30 MW.

PGE juga terus melanjutkan pengembangan lapangan panas bumi di Lahendong, Sulawesi Utara, dan pengembangan itu untuk pasokan uap ke PLTP Unit IV Lahendong yang dioperasikan PT PLN (Persero) dengan kapasitas terpasang 20 MW.

Lahendong seluas 12 km persegi, memiliki sumber daya sekitar 300 MW dengan cadangan terbuktikan sebesar 80 MW, dan merupakan pendukung pasokan listrik di Sulawesi Utara, yang 40 persen diantaranya bersumber dari energi panas bumi.

Dalam kesempatan itu pula, Wacik mengatakan, "Mengembangkan energi baru dan terbarukan merupakan prioritas utama, BBM untuk listrik makin langka dan mahal."

Jero mengatakan, energi panas bumi di Indonesia masih belum seluruhnya dikerjakan, sementara potensi energi bersumber dari panas bumi mencapai 29.000 Mega Watt atau 40 persen dari total potensi panas bumi di dunia.

Selama ini pemakaian bahan bakar fosil masih menempati peringkat pertama penyedia listrik di Tanah Air. Untuk membiayai pembelian bahan bakar itu, saban tahun APBN tergerus secara signifikan; sementara potensi dari energi terbarukan selain berbasis bahan bakar fosil membentang jelas di depan mata.

"Sebelumnya masih empat persen saja yang sudah dikembangkan, dari potensi 40 persen yang ada, namun sekarang sudah mulai meningkat menjadi enam persen, dan saya harap bisa terus ditingkatkan," ujar Wacik.

(V003)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013